ChanelTujuh.com-KOLAKA-Bupati dan wakil Bupati Bombana Burhanuddin-Ahmad Yani turut menyemarakan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Sulawesi Tenggara ke 61 yang digelar di Bumi Mekongga Kabupaten Kolaka.
Keduanya tampak kompak hadiri upacara sebagai puncak peringatah HUT Sultra yang diadakan di lapangan alun-alun kabupaten Kolaka, 27 April 2025.
Kekompakan itu kian selaras ketika keduanya kompak mengenakan baju kebesaran adat Etnis Moronene (Etnis tertua di Sulawesi tenggara yang mendiami Kabupaten Bombana).
Dengan Motif yang sama dengan domain warna yang berbeda. Bila Burhanuddin dan istrinya Hj Fatmawati Kasim Marewa dengan warna Hitam. Sementara Ahmad yani dan istrinya Heny R. Rahman dengan merah
Dikalangan etnis moronene mengenal empat warna utama yang kerap menghiasi motif dan khasana budaya merekan. Yakni Motaha atau Merah. Molori atau Hitam Mokuni atau Kuning serta Putih atau Mopila
Pakaian adat suku Moronene memiliki bentuk, model atau desain unik yang mengakar pada budaya, adat istiadat yang berkembang dari masa lampau. Hal itu tidak lepas dari sejarah perjalanan nenek moyang suku Moronene di masa lampau.
Untuk pakaian adat pria disebut Kambalala. Budayawan Kasra Jaru Munara menuliskan secara garis besar menyerupai model pakaian tradisonal Melayu (kemeja dan celana) termasuk penggunaan sarung di pinggang
Yang menjadi pembeda dan ciri khas adalah bentuk ikat kepala (destar) yang digunakan, orang Moronene menyebutnya “taali”. “Taali” bukanlah sekedar pengikat kepala melainkan mengekspresikan sebuah simbol.
Sehingga ada perbedaan bentuk ikatan “taali” untuk raja, kalangan bangsawan dan masyarakat umum (akan dijelaskan terpisah pada tulisan berikutnya). Penggunaan assesories lainnya biasanya berupa “pekokori” (ikat pinggang) dan “tobo” (keris).
tradisi, “tobo” hanya digunakan oleh Raja dan bangsawan, disematkan di pinggang sebelah kiri, kadang agak ke arah tengah. Bagi Mokole/Raja, pakaian adat menjadi pakaian keagungang (kebesaran), sehingga dibuat dari bahan yang terbaik serta ada tambahan lain seperti jubah dan regalia kerajaan.
Seentara pakaian adat wanita disebut “kombo” (atau taikombo). Terdiri dari dua bagian yaitu baju berupa tunik (namun tidak longgar) dan sarung. Pada bagian bawah baju (depan dan belakang) memiliki potongan menyerupai ekor burung srigunting atau drongo (Dicruridae).
Burung ini tersebar luas di Asia Tenggara hingga Australia dimana salah satu spesiesnya yaitu srigunting gunung (Dicrurus montanus) merupakan satwa endemik di Sulawesi. Burung srigunting termasuk hewan yang cerdik karena dia bisa meniru suara burung predator untuk menakut-nakuti saingannya dalam mencari makanan.
Dia juga sangat protektif terhadap telur atau anaknya bahkan berani melawan burung yang lebih besar atau hewan lain sekalipun apabila kesalamatan anaknya terancam. Karakter yang sama dimiliki oleh seorang ibu dalam masyarakat Moronene. (R)